Tuesday, March 8th, 2016
now browsing by day
Kewajiban Bagi Kita Untuk Memuliakan Anak Yatim
MENYANTUNI ANAK YATIM ADALAH AKHLAK MULIA
Islam telah mengajarkan Umatnya agar memiliki akhlak mulia. Salah satu akhlak mulia itu adalah menyantuni anak yatim. Sesungguhnya, anak yatim adalah manusia yang paling membutuhkan pertolongan dan kasih sayang. Karena ia adalah anak yang kehilangan ayahnya pada saat ia sangat membutuhkannya. Ia membutuhkan pertolongan dan kasih sayang kita, karena ia tidak mungkin mendapatkan kasih sayang ayahnya yang telah tiada.
Suatu ketika Saib bin Abdullah datang kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda kepadanya: “Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada tetangga.” [HR. Ahmad dan Abu Dawud, Shahih Abu Dawud, Al-Albani: 4836].
Abdullah bin Umar tidak pernah memakan makanan kecuali di meja makannya ada seorang anak yatim yang makan bersamanya. Maka, jadilah orang seperti itu! Seorang yang penyantun, lemah lembut, dan berupaya berbuat kebaikan kepada anak yatim, mengusap air mata mereka dengan tangan dan harta anda serta memasukkan perasaan gembira ke dalam hati mereka.
KEPADA ANDA YANG INGIN MENEMANI NABI DI SURGA
Masuk surga adalah kesuksesan paling tinggi yang diraih oleh orang-orang yang beriman. Bagaimana pula dengan menemani Rasulullah didalamnya? Itu adalah derajat yang akan diraih oleh orang-orang yang menyantuni anak yatim. Rasulullah bersabda:
“Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga seperti ini”, Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah seraya sedikit merenggangkannya. [HR. Bukhari].
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Isyarat ini cukup untuk menegaskan kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi, karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah.”
Jika kita termasuk orang-orang yang mampu, apakah kita pernah berpikir untuk menyantuni anak yatim, sehingga kita bisa menjadi sahabat Rasulullah di surga. Untuk menyantuni anak yatim kita tidak harus memiliki kekayaan yang melimpah. Melainkan, siapa yang memungut seorang anak yatim, memberinya makanan dengan makanan yang sehari-hari yang dimakannya, memberinya minum dengan minuman yang bisa diminumnya, maka ia akan memperoleh kedudukan tersebut.
MULIAKANLAH ANAK YATIM, NISCAYA HATIMU MENJADI LUNAK DAN KEBUTUHANMU TERPENUHI
Jika kita mengeluhkan hati kita yang keras, maka menyantuni anak yatim merupakan sarana yang bisa menjadikan hati lunak. Ia adalah obat yang diwasiatkan oleh Rasulullah yang telah diutus dengan membawa petunjuk dengan kebenaran.
Diriwayatkan oleh Abu Darda’ yang berkata: “Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya: sukakah kamu, jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” [HR. Thabrani, Targhib, Al Albaniy: 254].
Sesungguhnya, mengasihi anak yatim merupakan sarana untuk melunakkan hati dan mengupayakan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan. Sebab, orang yang mengasihi anak yatim telah memposisikan diri seperti ayahnya. Seorang ayah, secara naluriyah memiliki karakter sayang dan mengasihi anak-anaknya. Adapun orang yang mengasihi anak yatim memiki satu sifat lain, yaitu mengasihi anak yang bukan anak kandungnya.
BAGAIMANA CARA BERBUAT BAIK KEPADA ANAK YATIM
Berbuat baik kepada anak yatim, bisa dengan beberapa cara:
- Memberinya makan dan pakaian, serta menanggung kebutuhan-kebutuhan pokoknya.
- Mengusap kepalanya serta menunjukkan kasih sayang kepadanya. Tindakan ini akan mempunyai pengaruh besar terhadap kejiwaan anak yatim.
- Membiayai sekolahnya, sebagaimana seseoang ingin menyekolahkan anaknya.
- Mendidiknya dengan ikhlas, sebagaimana keikhlasanya dalam mendidik anak kandungnya sendiri.
- Jika ia melakukan perbuatan yang mengharuskan di beri hukuman maka bersikap lemah-lembut dalam mendidiknya.
- Bertakwa kepada Allah dalam mengelola harta anak yatim, jika anak yatim itu mempunyai harta kekayaan. Jangan sampai hartanya di habiskan karena menginginkan agar anak yatim itu kelak tidak meminta hartanya kembali. Sebaliknya, hartanya harus di jaga, sehinga ketika ia telah dewasa, harta tersebut dikembalikan kepadanya.
Inilah beberapa gambaran tentang cara berbuat baik kepada anak yatim. Berbuat baik kepada anak yatim tidak hanya diperintahkan kepada orang-orang tertentu, akan tetapi setiap muslim diperintahkan untuk itu sebagaimana ia diperintahkan untuk melaksanakan semua amal yang baik dan shalih.
Jika Allah mengetahui ketulusan niat seorang hamba, niscaya Dia akan membantunya dalam melaksanakan perbuatan baik. Maka, hendaklah engkau berkeinginan kuat untuk melasanakan amal-amal shalih, walaupun baru sekedar berniat di hati sampai suatu saat Allah memberikan kesempatan anda untuk melakukan amal shalih.